
Awalnya sih pengen buat judul tulisan ini "sistem nilai" tapi kalau diberi judul ini maka bahasannya akan sangat dalam dan banyak menyangkut semua sisi kehidupan kita secara menyeluruh baik itu bersifat khusus (pribadi) atau umum (me-rakyat)
Melalui curhat kali ini saya ingin membagikan beberapa pengalaman dari orang2 yang dekat denganku dimana hal ini bisa menjadi pengalaman yang berharga buat kita semua. Terimakasih buat sahabat yang mau berbagi denganku, tetap semangat dan yakini bahwa jalan yang sedang kau lalui akan semakin indah bersama dengan Tuhan kita :)
Terkadang kita berpikir kenapa begitu banyak orang yang menganggur di Jakarta ini ditengah2 begitu banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia melalui situs2 di internet atau media cetak. Apakah mungkin karena kita memang tidak punya SDM yang bagus? Kualitas seperti apa yang dicari oleh setiap perusahaan? Sistem seperti apa yang di tentukan sebuah perusahaan dari seorang calon pekerja mereka? Apakah kualitas itu dilihat dari berapa nilai terakhir yang tertera dalam transkrip seseorang atau seberapa banyak pengalaman dan keahlian seseorang atau memang hanya melihat rupa dan dari mana lulusannya? Ada begitu banyak pertanyaan.
Ada beberapa contoh kasus yang menimpa orang2 yang ada di sekitar kita. Seorang sahabat bercerita mengenai pengalamannya yang mengatakan bahwa saat dia melamar di sebuah perusahaan yang ternyata multinasional (search by google) ada 3 orang pelamar dan salah satunya adalah si sahabat ini, dalam CVnya dia mencantumkan semua skill yang dia miliki baik yang sering digunakan dalam dunia kerjanya maupun yang tidak, yang dia peroleh secara otodidak maupun melalui lembaga. Ketika saat ujian dilakukan, dia mengerjakan satu soal yang merupakan kunci dari recruitment tersebut dan yang dinyatakan lulus ujian itu adalah si sahabat ini namun ketika wawancara terakhir, sesuatu yang menghancurkan hatinya terjadi karena mereka hanya melihat lulusan dari mana walaupun seseorang itu memiliki quality dan ability for that job. Ironis memang, bahkan sangat disayangkan. Seorang teman juga pernah bercerita mengenai recruitmen yang dilakukan oleh company mereka (termasuk lembaga yang besar juga) namun hal ini mengenai orang2 yang diterima untuk bagian sales dan marketing. Sangat mengejutkan bahwa orang2 yang diterima adalah wanita2 yang sangat cantik namun kerjanya hanya bersolek sepanjang waktu namun untuk setiap evaluasi pekerjaan "they never give a contribution for company". Kasus berikutnya adalah recruitment di company seorang teman juga, mereka merekrut orang2 dengan IPK tertinggi di kampusnya namun ketika start untuk bekerja mereka malah bingung (sekalipun sudah diberi training), mereka tidak siap untuk dunia kerja. Company pay for them for samething wast
Melihat keadaan2 seperti itu sering kali sistem nilai di negara kita masih melihat sisi luarnya saja, bersifat subjektif bukan objektif, dan inilah yang tekadang membuat tidak adanya perubahan di negara kita ini bahkan untuk setiap personal juga hal ini masih sering kita hadapi, dimana kita selalu melihat bahwa sesuatu itu hanya berdasarkan pemikiran kita saja, kita tidak berusaha open minded untuk hal2 yang lebih baik (terkadang bersifat "katak dalam tempurung"). They waste so many money for something that could not give the best results for their comapany. they did not want to give the opportunity for the person that have more ability with the best quality . Inilah sistem nilai yang akhirnya mematikan begitu banyak kreatifitas dan impian orang2 yang sangat ingin maju dan berdedikasi tinggi. Cara pandang dan keterbukaan adalah jalan untuk melakukan perubahan, kegagalan mengajarkan jalan lain untuk berhasil dan impian tidak akan pernah pudar bagi mereka yang ingin maju.
"IT'S BETTER TO FIGHT FOR SOMETHING THAN LIVE FOR NOTHING"
Melalui curhat kali ini saya ingin membagikan beberapa pengalaman dari orang2 yang dekat denganku dimana hal ini bisa menjadi pengalaman yang berharga buat kita semua. Terimakasih buat sahabat yang mau berbagi denganku, tetap semangat dan yakini bahwa jalan yang sedang kau lalui akan semakin indah bersama dengan Tuhan kita :)
Terkadang kita berpikir kenapa begitu banyak orang yang menganggur di Jakarta ini ditengah2 begitu banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia melalui situs2 di internet atau media cetak. Apakah mungkin karena kita memang tidak punya SDM yang bagus? Kualitas seperti apa yang dicari oleh setiap perusahaan? Sistem seperti apa yang di tentukan sebuah perusahaan dari seorang calon pekerja mereka? Apakah kualitas itu dilihat dari berapa nilai terakhir yang tertera dalam transkrip seseorang atau seberapa banyak pengalaman dan keahlian seseorang atau memang hanya melihat rupa dan dari mana lulusannya? Ada begitu banyak pertanyaan.
Ada beberapa contoh kasus yang menimpa orang2 yang ada di sekitar kita. Seorang sahabat bercerita mengenai pengalamannya yang mengatakan bahwa saat dia melamar di sebuah perusahaan yang ternyata multinasional (search by google) ada 3 orang pelamar dan salah satunya adalah si sahabat ini, dalam CVnya dia mencantumkan semua skill yang dia miliki baik yang sering digunakan dalam dunia kerjanya maupun yang tidak, yang dia peroleh secara otodidak maupun melalui lembaga. Ketika saat ujian dilakukan, dia mengerjakan satu soal yang merupakan kunci dari recruitment tersebut dan yang dinyatakan lulus ujian itu adalah si sahabat ini namun ketika wawancara terakhir, sesuatu yang menghancurkan hatinya terjadi karena mereka hanya melihat lulusan dari mana walaupun seseorang itu memiliki quality dan ability for that job. Ironis memang, bahkan sangat disayangkan. Seorang teman juga pernah bercerita mengenai recruitmen yang dilakukan oleh company mereka (termasuk lembaga yang besar juga) namun hal ini mengenai orang2 yang diterima untuk bagian sales dan marketing. Sangat mengejutkan bahwa orang2 yang diterima adalah wanita2 yang sangat cantik namun kerjanya hanya bersolek sepanjang waktu namun untuk setiap evaluasi pekerjaan "they never give a contribution for company". Kasus berikutnya adalah recruitment di company seorang teman juga, mereka merekrut orang2 dengan IPK tertinggi di kampusnya namun ketika start untuk bekerja mereka malah bingung (sekalipun sudah diberi training), mereka tidak siap untuk dunia kerja. Company pay for them for samething wast
Melihat keadaan2 seperti itu sering kali sistem nilai di negara kita masih melihat sisi luarnya saja, bersifat subjektif bukan objektif, dan inilah yang tekadang membuat tidak adanya perubahan di negara kita ini bahkan untuk setiap personal juga hal ini masih sering kita hadapi, dimana kita selalu melihat bahwa sesuatu itu hanya berdasarkan pemikiran kita saja, kita tidak berusaha open minded untuk hal2 yang lebih baik (terkadang bersifat "katak dalam tempurung"). They waste so many money for something that could not give the best results for their comapany. they did not want to give the opportunity for the person that have more ability with the best quality . Inilah sistem nilai yang akhirnya mematikan begitu banyak kreatifitas dan impian orang2 yang sangat ingin maju dan berdedikasi tinggi. Cara pandang dan keterbukaan adalah jalan untuk melakukan perubahan, kegagalan mengajarkan jalan lain untuk berhasil dan impian tidak akan pernah pudar bagi mereka yang ingin maju.
"IT'S BETTER TO FIGHT FOR SOMETHING THAN LIVE FOR NOTHING"