Rabu, 13 Mei 2009

Mazmur 150



Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!
Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!
Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!
Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!
Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!
Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!


Mazmur 150 merupakan mazmur puji-pujian. Mazmur ini diawali dengan kata Haleluya. Haleluya berasal dari dua kata bahasa Ibrani:
Hallelu, kata kerja, yaitu ajakan untuk memuji yang ditujukan kepada orang banyak (jamak)
Ya, adalah nama singkat dari Allah, YHWH
Berati Haleluya adalah kata ajakan kepada orang banyak untuk memuji Allah.

Siapa yang kita puji? “…Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!...” Allah, pencipta dan pengusas semesta alam.

Mengapa kita memuji dia? “…Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!...”

Bagaimana kita memuji Dia?
“…Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! ….”
Sangkakala: alat musik dengan satu nada, digunakan sebagai ajakan untuk bersiap-siap
Gambus dan Kecapi: alat music petik yang mengasilkan suara petikan yang kecil dan yang besar
“… Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! …”
Rebana, alat music pukul (tabung yang ditutupi kulit domba), yang biasanya digunakan oleh para wanita untuk menari. Dan karena itulah biasanya alat music ini tidak digunakan di dalam rumah ibadah orang Israel.
Seruling: alat music tiup
“…Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! …”
Ceracap yang berdenting: Symbal, alat music berupa lempengan yang dibenturkan satu sama lain secara vertical, dimana akan menghasilakan dentingan.
Ceracap yang berdentang: Symbal, alat music berupa lempengan yang lebih besar yang dibenturkan satu sama lain secara horizontal, dimana akan menghasilakan dentangan suara yang jauh lebih besar.
“…Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!...”
Bernafas, kata dalam bahasa Ibraninya, sama dengan kata yang digunakan pada kitab Kejadian 2, dimana Allah meniupkan nafas hidup sehingga manusia menjadi makluk yang hidup.
Ditutup kembali dengan ajakan untuk memuji Allah, ” …Haleluya!...”

Mazmur 150 mengggambarkan dengan sangat detail bagaimana memuji Allah dengan nyanyi-nyanyian dan tarian dengan segala alat music yang ada. Mulai dari alat music petik, pukul, tiup dan lain-lain. Mulai dari alat music yang menghasilkan suara kecil sampai dengan alat music yang menghasilkan suara besar. Bahkan alat music rebana yang biasanya digunakan oleh para wanita juga digunakan untuk memuji Allah. Semua alat music, tidak ada alat musik yang tidak layak digunakan untuk memuji Allah.
Bahkan penulis mazmur menggambarkan suasana pujian itu sendiri, dari alat music yang menghasilkan suara kecil, sampai dengan alat music yang mengasilkan suara yang membahana, dimana Cresendo pujian dapat disampaikan.

Dan begitulah seharusnya kehidupan kehidupan seorang Kristen. Hidup yang selalu berisi dengan pujian.

Bagaimana seorang Kristen dapat memberikan pujiannya, apakah jika hidupnya selalu diberkati oleh Allah? Apakah ada tujuannnya mengapa Mazmur puji-pujian ini harus diletakan di bagian akhir dari Mazmur?

Mari periksa perjalanan mazmur. Mazmur dimulai (pertama) dari ajakan untuk memelihara Taurat, Firman Tuhan. Mengajak untuk setiap saat hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. Apakah kalau manusia telah hidaup dalam kebenaran Firman maka hidupnya akan nyaman dan lancar? Tidak, bahkan mungkin saja ketidakadilan ditimpakan kepadanya. Seolah-olah hukum kepada orang fasik ditimpakan kepada orang-orang bernar, sedangkan berkat untuk orang-orang benar diterima oleh orang-orang fasik. Apakah dalam keadaan tersebut seseorang masih dapat memuji?

Perjalanan lain dari Mazmur adalah kejatuhan (Mazmur 51). Jatuh kepada dosa. Orang yang memelihara Taurat dan Firman Allah akan jatuh jauh lebih dalam dari pada orang-orang fasik, dan itu menyakitkan. Tapi haruskah orang-orang percaya berhenti di situ? Tidak! Karena walaupun mereka jatuh Allah tidak membiarkannya sampai tergeletak, karena Tuhan lah yang menopang mereka.

Perjalananan lain dari Mazmur adalah ketika mengahadapi pergumulan dan ketidakadilan (Mazmur 73). Ketika kesesakan begitu mendesak, tetapi satu bentuk penyerahan yang ada dalam mazmur ini akan memungkinkan manusia untuk memuji Allah. “…sekalipun daging ku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya…”

Seorang percaya ketika dalam suatu kejatuhan, atau kesesakan tidak akan berhenti di sana, karena tempat mereka bukanlah di sana, tetapi di tempat di mana mereka dapat memuji Allah, dengan nyanyian, dengan tarian, dengan seluruh alat musik, karena seorang percaya haruslah memuji Allah. Hallelu YA!

Kotbah oleh Bp Pdt. Yonky Karman,
di Gereja HKBP Menteng Lama,
pada Ibadah Kontekstual





Setelah lama tidak buka-buka buku catatan ibadah yang lalu, tadi malam setelah membeli beberapa buku untuk bahan referensi, aku kembali melihat catatan ibadah serta bahan renungan dan PA juga doa2 pribadiku yang sudah tidak dibaca lagi dan kembali merenungkan ternyata banyak hal yang sudah aku lewati dengan penuh pengharapan akan Kasih, Kemurahan, Kebaikan Tuhan (baik dalam keadaan suka dan duka) dan sebagian dari yang aku punya akan aku bagikan bertahap dalam Blog ini dan semoga menjadi berkat buat kita semua :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar